Masjid Agung Palembang



Terletak tepat ditengah kota, diantara jalan jend. Sudirman dan jalan merdeka, kelurahan 19 ilir kecamatan ilir barat I, sekitar 200 meter dari pangkal jembatan Ampera.
Berdiri kokoh sebagai bagian sejarah kota Palembang, sebuah masjid megah yg dikenal dengan nama Masjid Sulton.
Dibangun pada 1738 oleh sultan Palembang Darussalam yg bernama Jayo Wikramo atau yg lebih dikenal dengan sultan Mahmud Badaruddin I, pembangunan masjid yg berlangsung selama 10 tahun ini akhirnya selesai pd 26 Mei 1748.


Diawal berdirinya masjid ini bernama masjid Sultan, berukuran 30 x 36 meter dan belum memiliki menara.
Arsitektur masjid pada awalnya adalah campuran antara budaya lokal, cina dan eropa. Atap berbentuk limas berundak 3, pd masing2 sisi atap tedapat 13 jurai (bentuk melengkung dan lancip) yg merupakan ciri khas bentuk atap2 kelenteng Cina.
Sedangkan gaya eropa dapat ditemui pada jendela2 masjid yg besar dan pilar2 batunya yg kokoh.


Pada masa pemerintahan sultan Ahmad Najamuddin (1758 - 1774), menara masjid dibangun, lokasi menara masjid terpisah dari bangunan utama. Pola menara dibuat bentuk persegi enam setinggi 20 meter, hampir menyerupai menara pada bangunan klenteng.


Pd masa penjajahan Belanda, masjid Agung pernah menjadi pusat pertahanan rakyat Palembang melawan Belanda, dlm pertempuran sengit 5 hari berturut-turut.
Pertempuran bermula pd 1-1-1947, pejuang republik awalnya menyerang markas Belanda disekitar RS. Charitas.
Keesokan harinya Belanda membalas serangan dengan menggempur pusat pertahanan republik yg berada di masjid Agung.


Tentara Belanda menyerang Palembang
(tahun 1947)
Walau Belanda sdh mengerahkan semua kekuatan baik laut maupun udara, namun mrk belum bisa menembus garis pertahanan pejuang republik. Setelah 5 hari pertempuran yg melelahkan dan banyak memakan korban dikedua belah pihak, akhirnya pd hari kelima tentara Belanda mulai mundur teratur.

Sampai akhirnya disepakati gencatan senjata antara kedua belah pihak.
Peristiwa ini merupakan kemenangan bagi rakyat Palembang dimana pasukan Belanda bersenjata lengkap gagal menaklukkan Palembang!


Masjid Agung yg menjadi kebanggaan masyarakat kota Palembang terus berbenah diri, dan pada tahun 1970, menara masjid yg baru, setinggi 45 meter dibangun dan berdiri kokoh berdampingan dgn bangunan utama masjid.
Pd saat itu luas keseluruhan masjid sdh mencapai 5.520 meter persegi dengan daya tampung sekitar 7500 jamaah.

Pada masa itu masjid Agung sdh menjadi masjid terbesar se asia tenggara.


Beberapa kali renovasi terhadap masjid pernah dilakukan, terakhir di tahun 2003 yg lalu dimana daya tampung masjid diperbesar lg mencapai 9000 jamaah.
Demikianlah sejarah masjid Agung Palembang yg berhasil saya rangkum dari beberapa sumber.

Terima kasih.

Postingan populer dari blog ini

Jembatan Ampera

Pulau Kemarau (Kemaro)